Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno: "aner",
dengan akar kata andr, yang berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina. Jadi andragogi
dapat diartikan sebagai proses
untuk melibatkan peserta didik dewasa ke
dalam suatu struktur pengalaman belajar. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan
mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam
proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada
warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan
sesuatu (Learner Centered Training/Teaching).
Asumsi-Asumsi Pokok
Teori Belajar Andragogi
Malcolm Knowles (1970) dalam mengembangkan konsep andragogi,
mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:
a. Konsep Diri: Asumsinya
bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan
total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk
mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
secara umum konsep diri anak-anak masih tergantung sedangkan pada orang dewasa
konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa
membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu
menentukan dirinya sendiri (Self Determination) dan mampu mengarahkan
dirinya sendiri (Self Direction). Apabila orang dewasa tidak menemukan
dan menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri
sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang
kurang menyenangkan.
b. Peranan Pengalaman: Asumsinya
adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan
berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu
mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana
hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang demikian kaya,
dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk
belajar dan memperoleh pengalaman baru.
c. Kesiapan Belajar :
Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan
waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan
akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan
perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang anak
belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang
dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus
menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin
organisasi.
d. Orientasi Belajar: Asumsinya
yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan
dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (Subject
Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa mempunyai
kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan
permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini
dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk
menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama
dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa. Selain itu,
perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu.
Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau
dimanfaatkan dalam waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari
masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada
kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian
dan memperoleh sekolah yang lebih tinggi.
Keunggulan dan Kelemahan
Teori Belajar Andragogi
Kegiatan pendidikan baik melalui jalur sekolah ataupun luar
sekolah memiliki daerah dan kegiatan yang beraneka ragam. Pendidikan orang
dewasa terutama pendidikan masyarakat bersifat non formal sebagian besar dari
siswa atau pesertanya adalah orang dewasa, atau paling tidak pemuda atau
remaja. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan tersendiri.
Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang
dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita
pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau
penggunaan teknologi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Andragogi memiliki kelemahan, salah satunya adalah bahwa bagaimana
mungkin seorang siswa yang tidak terlalu memahami tentang luasnya ilmu kemudian
dibebaskan memilih apa yang mereka sukai? Seolah sistem Andragogi hanya sebagai
suatu sistem yang mengembirakan siswanya saja dan melupakan untuk tujuan apa
sebenarnya sebuah pendidikan itu dilakukan? Dan bagaimana pula bisa dilakukan
-penjagaan terhadap ilmu-ilmu yang sudah ada? Jika sebuah ilmu tersebut tidak
diminati oleh siswa, tentu saja satu waktu ilmu tersebut akan hilang. Dan
bagaimana siswa dibiarkan memilih jika ada persyaratan kemampuan yang memang
mesti dimiliki seandainya siswa mau belajar ilmu tertentu. Tak mungkinlah siswa
SD dibiarkan memilih mata pelajaran Integral Diferensial sebelum mereka
menguasai dulu perkalian, jumlah, kurang bagi, dll.
Sumber:
0 comments:
Post a Comment