Thursday, March 29, 2012

Pendidikan Anak Pra Sekolah

Posted by Mira Tantri Saragih at 9:28 AM 0 comments

Pendidikan pra sekolah adalah pendidikan yang diberikan kepada anak-anak balita sebelum masuk sekolah taman kanak-kanak atau pendidikan dasar pertama yaitu sekolah dasar (SD). Sistem pendidikan ini juga sering dinamakan dengan pendidikan usia dini atau PAUD. Sistem pendidikan pra sekolah ini pertama kali dikenal oleh masyarakat ketika mereka mulai menyadari arti pentingnya mendidik anak sejak dini. Sehingga penyelenggaraannya juga lebih sering dilakukan oleh masyarakat sendiri melalui berbagai macam organisasi seperti PKK atau Lembaga Swadaya Masyarakat lain yang bergerak di bidang pendidikan. 
Adapun tujuan utama dari pendidikan pra sekolah adalah untuk mengembangkan tingkat kecerdasan dan mental baik secara fisik dan rohani, serta membentuk karakter anak agar bisa mengatur perasaan emosi serta punya jiwa sosial yang tinggi. Sehingga ketika mereka masuk pada tingkat pendidikan dasar pertama, anak-anak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan lebih mandiri.
Mendidik anak sejak dini memang memang perlu melibatkan masyarakat umum bukan sekedar menjadi tugas orangtua semata. Karena rentang usia antara nol hingga enam tahun adalah masa emas dimana otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga mencapai 80%. Pada usia ini anak dengan mudah menyerap berbagai informasi melalui obyek yang dilihat dan diamati.
Namun pada usia ini pula anak belum bisa membedakan mana info yang baik dan yang tidak baik bagi mereka. Dan yang tidak boleh dilupakan, anak-anak ini ketika melakukan pengamatan tidak terbatas pada lingkup keluarganya saja, namun sudah mulai merambah pada lingkungan luar rumah. Dari sini sistem pendidikan pra sekolah untuk mendidik anak sejak dini yang diadakan akan punya peran yang penting.
Sebab pendidikan pra sekolah atau PAUD akan mengajarkan pada anak untuk memilih mana info yang boleh dijadikan contoh dan info yang tidak boleh diserap. Sehingga mereka sudah bisa membedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang merupakan pelanggaran serta tidak boleh ketika masuk pada pendidikan dasar pertama.
Adapun pelajaran yang diberikan pada sistem pendidikan pra sekolah tidak hanya melalui perkataan saja, namun justru lebih mementingkan pada bentuk-bentuk permainan edukatif dan kandungan moral yang tinggi. Jadi anak tidak akan merasa terbebani dan tetap bisa melewati masa kanak-kanaknya yang penuh kegembiraan bersama teman-teman sebayanya.

Sumber

Friday, March 23, 2012

Teknologi Pembelajaran

Posted by Mira Tantri Saragih at 9:11 AM 0 comments

Latar Belakang Sejarah
Teknologi Pembelajaran tumbuh dari praktek pendidikan dan gerakan komunikasi audio visual. Teknologi Pembelajaran semula dilihat sebagai teknologi peralatan, yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan atau dengan kata lain mengajar dengan alat bantu audio-visual. Teknologi Pembelajaran merupakan gabungan dari tiga aliran yang saling berkepentingan, yaitu media dalam pendidikan, psikologi pembelajaran dan pendekatan sistem dalam pendidikan.

Pengertian
Teknologi pembelajaran merupakan suatu bidang kajian khusus ilmu pendidikan dengan objek formal “belajar” pada manusia secara individu maupun kelompok. Hal ini karena belajar tidak hanya berlangsung dalam lingkup persekolahan (lembaga pendidikan) ataupun pelatihan, melainkan juga pada organisasi misalnya keluarga, masyarakat, dunia usaha, bahkan pemerintahan. Belajar tidak hanya dilakukan oleh dan untuk individu, melainkan oleh dan untuk kelompok, bahkan oleh organisasi secara keseluruhan. Belajar itu ada di mana saja, kapan saja dan pada siapa saja, mengenai apa saja, dengan cara dan sumber apa saja yang sesuai dengan kondisi dan keperluan atau kebutuhan (Miarso, 2004:193-194).
Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat, khususnya dalam bidang pendidikan, psikologi dan komunikasi maka tidak mustahil ke depannya teknologi pembelajaran akan semakin terus berkembang dan memperkokoh diri menjadi suatu disiplin ilmu dan profesi yang dapat lebih jauh memberikan manfaat bagi pencapaian efektivitas dan efisiensi pembelajaran.
Kendati demikian, harus diakui bahwa perkembangan bidang dan profesi teknologi pembelajaran di Indonesia hingga saat ini masih boleh dikatakan belum optimal, baik dalam hal design, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, maupun evaluasinya. Kiranya masih dibutuhkan usaha perjuangan yang sungguh-sungguh dari semua pihak yang terkait dengan teknologi pembelajaran, baik dari kalangan akademisi, peneliti maupun praktisi.

Sumber
http://akhmadsudrajat.wordpress.com 
http://bambangwarsita.blogspot.com/ 

Saturday, March 17, 2012

Alfred Binet (Tugas II)

Posted by Mira Tantri Saragih at 3:44 AM 0 comments



 
 ALFRED BINET 

Binet dilahirkan di Nice Francis pada tahun 1857. Ayahnya adalah seorang dokter, dan ibunya adalah seorang pelukis. Kedua orang tuanya bercerai ketika ia masih muda, dan Binet pindah ke Paris dengan ibunya. Dia masuk sekolah hukum dan mendapatkan gelarnya tahun 1878. Dia telah merencanakan melanjutkan sekolahnya ke kedokteran, tapi dia memutuskan untuk di Psikologi yang ia anggap lebih penting. Binet banyak mendapatkan pengetahuan psikolgi dari membaca buku-buku karya Charles Darwin, Alexander Bain, dan lain-lain.
Alfred Binet dikenal sebagai seorang psikolog dan juga pengacara (ahli hukum). Sebagai anggota komisi investigasi masalah-masalah pendidikan di Perancis, Alfred Binet mengembangkan sebuah test untuk mengukur usia mental (the mental age atau MA) anak-anak yang akan masuk sekolah. Usia mental tersebut merujuk pada kemampuan mental anak pada saat ditest dibandingkan pada anak-anak lain di usia yang berbeda.
Pada tahun 1881, pemerintah Perancis mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan semua anak masuk sekolah. Sebelum nya, anak yang lambat belajar biasanya tetap berada di rumah; sekarang guru harus mengahadapi berbagai perbedaan individual. Pemerintah meminta Binet untuk membuat sebuah tes yang dapat mendeteksi anak mana yang terlalu lambat secara intelektualnya, dan anak mana yang akan mendapat manfaat dari kurikulum seperti biasa.
Dalam membentuk teorinya ia dibantu mahasiswanya, Theophile Simon, sehingga tesnya terkenal dengan nama Test Binet-Simon. Alfred Binet dan Theophile Simon, mulai merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (kemampuan di bawah rata-rata).
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika membuat banyak perbaikan dari tes Binet-Simon dengan karangannya The Measurement of Intelligence: An Explanation of and a Complete Guide for the Use of the Stanford Revision and Extension of the Binet-Simon Intelligence Scale. (Becker 2003). Ia mengembangkan tes Binet untuk diadaptasi pada anak sekolah Amerika. Ia membakukan pemberian tes dan mengembangkan norma tingkat usia dengan memberikan tes kepada ribuan anak. Ia menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara usia mental (mental age) dengan usia kronologis (chronological age). Hasil perbaikan ini disebut tes Stanford-Binet.
Tes Stanford Binet ini mengalami beberapa revisi tahun 1937, 1960/1972, 1986, dan terbaru 2003.Rumus untuk menentukan Intelligensi seseorang: IQ=MA/CA*100. Test IQ inilah yang dikemudian hari dinamai  Stanford-Binet Intelligence Test yang masih sangat populer sampai dengan hari ini.
Interpretasi IQ

Bagaimana IQ diinterpretasikan? Distribusi IQ kira-kira membentuk kurva yang ditemukan pada banyak perbedaan individual, seperti perbedaan tingi badan, berbentuk lonceng; kurva berbentuk lonceng ini dinamakan dengan kurva disribusi normal.
Deskripsi Verbal
0-19 = Idiot
20-49 =Embicile
50-69 = Moron
70-79 = Inferior
80-89 = Bodoh
90-109 = Normal
110-119 = pandai
120-129 = Superior
130-139 = Sangat Superior
140-179 = Gifted
180 ke atas = Genius
Daftar Pustaka :
http://thebiografis.wordpress.com/2010/08/02/alfred-binet-1857-1911/
Santrock, Jhon. W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta:Kencana
 

mts11099 Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos