Friday, July 6, 2012

Dokumentasi Mini Proyek

Posted by Mira Tantri Saragih at 8:34 PM 0 comments


Sekitar bulan Mei lalu, saya beserta 3 orang teman saya mengadakan observasi ke SLB Karya Murni A untuk menyelesaikan tugas Mini Proyek Pendidikan. Nah, di bawah ini adalah dokumentasi foto kami saat berkunjung kesana (ngeliat foto-foto ini jadi pengen kesana lagi..) 



Ini foto kami bersama dengan Suster Kepala Sekolah (Suster Geralda)



Ini contoh buku dengan huruf braile yang mereka gunakan sehari-hari 




  Ini saat mereka sedang Latihan Catur untuk PORCANAS (Pekan Olahraga Cacat Nasional)

 

Yang baju merah itu namanya Asri. Dia lagi Latihan nyanyi buat Lomba Nasional.



 









Kalo yang diatas itu kegitan belajar-mengajar mereka di kelas (modalitas suara dan sentuhan)






               Anak cowo ini namanya Joshua, dia menderita low vision.



Disela jam istirahat, mereka bermain organ dan meskipun mereka tidak bisa melihat tapi mereka jago main musik juga.



   Kami beserta siswa SMPLB Karya Murni (Erni, Darwin, Joshua)




Kami bersama dengan guru Geografi.

Friday, June 8, 2012

Tugas Mini Proyek

Posted by Mira Tantri Saragih at 10:39 AM 0 comments
ANGGOTA :   DESI MARIANA(11-043)
                       SAFRIDA LIASNA(11-057)
                       NENITA SARI S G(11-069)
                       MIRA TANTRI(11-099)



“MEDIA DAN METODE PEMBELAJARAN PADA ANAK TUNA NETRA”
PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus akhir-akhir ini sudah mulai mengalami perkembangan. Pemerintah Indonesia termasuk Dinas Pendidikan juga sudah menaruh perhatian kepada penempatan pendidikan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus. Hal ini dapat terlihat dari beberapa sekolah yang sudah disediakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka. Namun walaupun demikian, media pembelajaran bagi anak dengan kebutuhan khusus ini masih kurang memadai, demikian juga dengan jumlah sekolah yang ada kerap kali belum sesuai dengan jumlah anak-anak berkebutuhan khusus.
          Seperti halnya di Indonesia, terutama di daerah kota Medan peneliti melihat bahwa hanya terdapat beberapa sekolah yang memang diperuntukkan untuk menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus tersebut, terutama anak-anak dengan kondisi cacat fisik, misalnya tuna netra. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk membahas tentang media dan metode pembelajaran pada anak tuna netra. Peneliti ingin mengobservasi berbagai media pembelajaran yang kerap digunakan oleh anak-anak tuna netra di dalam kegiatan belajar mereka. Selain itu apakah media pembelajaran tersebut sudah cukup memenuhi dalam kebutuhan belajar mereka.
          Peneliti juga tertarik untuk membahas tentang berbagai metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus terutama anak tuna netra. Serta sudah seberapa efektif kah metode pengajaran yang diberikan kepada anak-anak tuna netra di dalam persekolahan mereka.

Tujuan
          Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengobservasi berbagai media pembelajaran yang digunakan bagi pendidikan anak-anak tuna netra. Dan mengetahui metode pembelajaran yang juga digunakan dalam proses belajar mengajar bagi anak-anak tuna netra guna memperoleh metode pembelajaran yang paling efektif bagi anak-anak tuna netra.

Manfaat
          Manfaat dari penelitian ini adalah : 
-        Mengetahui berbagai media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan anak-anak tuna netra.
-        Mengetahui berbagai metode pembelajaran yang ada.
-        Mengetahui metode pembelajaran yang efektif bagi anak-anak tuna netra.
-        Mengetahui pentingnya metode pengajaran teacher centered dan learner centered.

LANDASAN TEORI

Dalam hal ini, peneliti menggunakan beberapa teori yang bisa digunakan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi, seperti :

1.      Teori tentang Metode Mengajar

Ada beberapa metode mengajar yang digunakan para guru, garis besarnya yaitu :

ü  Metode Ceramah
Metode mengajar yang dilakukan guru dengan cara satu arah, dimana guru sepenuhnya memberikan materi pelajaran dan murid mendengarkan. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan urainnya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti gambar- gambar dan yang paling utama adalah bahasa lisan.

ü  Metode Diskusi
Metode mengajar dimana guru akan membentuk murid menjadi beberapa kelompok. Dan kelompok-kelompok murid ini nanti akan mendiskusikan tentang materi pelajaran yang sedang dibahas.

ü  Metode Tanya-Jawab
Metode tanya jawab ialah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru ke siswa dan begitu juga sebaliknya.

ü  Metode Demonstrasi
Metode Demostrasi atau praktik adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses yang bersifat praktis.
ü  Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar di mana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada guru.


2.      Teori Perencanaan dan Instruksi Pelajaran

Terdapat dua jenis teori perencanaan dan pelajaran, yaitu:

·         Teacher-Centered
Di dalam pendekatan teori ini, perencanaan dan instruksi pembelajaran disusun dengan ketat dan guru mengarahkan pembelajaran murid. Pada tipe perencanaan pelajaran ini, guru jauh lebih banyak berperan daripada murid.Tiga alat umum yang berguna dalam perencanaan ini, yaitu menciptakan sasaran behavioral (perilaku), menganalisis tugas, dan menyusun taksonomi (klasifikasi) instruksional.

·         Learner-Centered
Instruksi dan perencanaannya terletak pada siswa, bukan guru.Prinsip ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Jadi di dalam pendekatan ini, murid yang lebih banyak aktif daripada guru. Murid berusaha mencari sendiri bahan tambahan materi pelajaran. Dan guru akan membimbing murid dalam proses belajar. Dalam learner centered, ada tiga strategi pembelajaran yang digunkan oleh guru, yaitu : Pembelajaran berbasis pada problem, Pertanyaan esensial, dan Pembelajaran penemuan.

3.      Teori tentang Gaya Penataan Kelas

Terdapat beberapa gaya penataan kelas yang digunakan dalam proses belajar-mengajar, diantaranya :

 Gaya Auditorium
→ Dimana semua murid duduk mengahadap guru.

Gaya Tatap Muka
→ Dimana murid saling duduk secara berhadapan.

Gaya Off-set
→ Dimana sejumlah murid (bisanya tiga atau empat anak) duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.

Gaya Seminar
→ Dimana sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U.

Gaya Klaster
→ Dimana sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil.

4.      Teori tentang Model Media Pembelajaran

-        Media dua dimensi
Media dua dimensi meliputi media grafis, media bentuk papan, dan media cetak.

-        Media tiga dimensi
Media tiga dimensi dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup atau mati dan dapat pula berwujud sebagian tiruan yang mewakili aslinya (miniatur).

PERENCANAAN

Alat dan Bahan yang Digunakan untuk Merealisasikan Proyek
            
 Alat yang peneliti gunakan saat melakukan wawancara dan observasi dengan para Objek, yaitu:
 a. Kamera, yang dipakai untuk pengambilan foto dan merekam sesi wawancara.
      b. Hand Phone, yang dipakai untuk pengambilan beberapa foto lainnya.
      c. Notes dan Alat tulis, yang dipakai sebagai pencatat hasil wawancara
               
Alat yang peneliti gunakan saat menyelesaikan proyek, yaitu :
 a.  Laptop
      b. Buku Pedoman
      c. Catatan
 d. Alat tulis
 e. Rekaman sesi wawancara dan observasi.
 f. Data-data objek

Analisis Data   
Data yang akan peneliti dapatkan adalah berupa data yang didapat dari proses observasi yang dilakukan oleh peneliti di dalam ruangan kelas selama proses belajar-mengajar berlangsung. Data observasi(berupa foto-foto dan rekaman video) ini juga nantinya akan dapat menjelaskan bagaimana keadaan dan kondisi yang terjadi di dalam proses belajar-mengajar. Dan juga data yang didapatkan melalui proses wawancara singkat dengan para objek , yang nantinya akan berupa sejenis percakapan antara peneliti dan para objek, selanjutnya akan diringkas dan dirangkum kedalam suatu bentuk penjelasan yang dapat mencakup jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada.
Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan peneliti, berhubungan dengan metode pengajaran yang dilakukan guru dan media-media pembelajaran apa saja yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada murid-murid. Selain itu, observasi yang dilakukan oleh peneliti juga berhubungan untuk mengetahui media pembelajaran dan metode pembelajaran apa yang dipergunakan oleh guru dan para murid.
Selanjutnya data-data yang telah terkumpul, berupa hasil observasi di dalam ruang kelas dan beberapa wawancara yang dilakukan dengan pihak guru dan kepala sekolah, akan peneliti hubungkan dengan teori-teori yang telah dijabarkan di atas, sehingga nantinya peneliti akan dapat menemukan media dan metode pembelajaran apa saja yang telah dipergunakan untuk proses pembelajaran bagi anak-anak Tuna Netra. Dan seberapa efektif media dan metode yang dipergunakan tersebut dalam membantu pembelajaran anak-anak tuna netra.

Penjelasan Objek yang Dilibatkan Dalam Proyek
            Objek yang dilibatkan dalam proyek ini adalah siswa-siswi yang berada di kelas VIII atau 2 SMP dari  SMPLB A Karya Murni Medan. Setelah itu, seorang siswa kelas III di SMPLB A Karya Murni tersebut. Dan kepala sekolah serta para guru di SMPLB A tersebut. Data diperoleh dengan cara peneliti mengobservasi proses belajar-mengajar yang berlangsung di dalam kelas.
            Mewawancarai kepala sekolah dan beberapa guru yang mengajar di SMPLB A Karya Murni tersebut, terutama guru yang mengajar di kelas VIII. Kepala sekolah dan para guru tersebut nantinya akan menjawab pertanyaan wawancara sesuai dengan hal-hal yang sudah biasa dan sering mereka lakukan di dalam kegiatan belajar-mengajar.

PELAKSANAAN

Jadwal Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan

No
Hari
Kegiatan
Tempat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Sabtu, 31/3/12
Rabu, 4/4/12
Senin, 9/4/12
Selasa, 17/4/12
Senin, 30/4/12
Kamis, 3/5/12
Jumat, 11/5/12
Minggu, 13/5/12
Senin, 14/5/12
Selasa, 15/5/12
Jumat, 18/5/12
Rabu, 23/5/12
Pemilihan topik yang diangkat
Pemilihan judul yang tepat
Diskusi tentang pembahasan judul
Perencanaan tempat kegiatan penelitian
Survey ke sekolah
Diskusi tentang pertanyaan wawancara
Pemberian surat izin
Pembelian reward
Pelaksanaan kegiatan observasi
Diskusi mengenai hasil observasi
Diskusi penyelesaian mini proyek
Penyelesaian akhir mini proyek
Fak. Psikologi USU
Fak. Psikologi USU
Fak. Psikologi USU
Fak. Psikologi USU
SLB A Karya Murni Mdn
Fak. Psikologi USU
SLB A Karya Murni Mdn
Toko Roti Mayestik
SLB A Karya Murni Mdn
Fak. Psikologi USU
Fak. Psikologi USU
Fak. Psikologi USU






Kalkulasi Biaya
Reward berupa kue untuk siswa                      = Rp15.000,00
Reward berupa kue untuk                                = Rp21.000,00
Transportasi hari 1                                            = Rp24.000,00
Transportasi hari 2                                            = Rp18.000,00
Transportasi hari 3                                            = Rp18.000,00    +
Total Biaya                                                       =  Rp96.000,00

Kegiatan Pelaksanaan
       Berikut merupakan uraian pelaksanaan yang peneliti lakukan dari awal mula penelitian ini dilakukan hingga tahap penyelesaiannya :
1. Pada hari kelima, peneliti melakukan survey ke tempat penelitian yaitu SMPLB A Karya Murni Medan. Dan melakukan konfirmasi tentang kegiatan observasi dan wawancara yang akan peneliti lakukan di sekolah tersebut dengan kepala sekolah dari sekolah tersebut. Peneliti juga melihat keadaan dan meninjau secara garis besar fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah tersebut. Peneliti sekaligus menjelaskan berbagai hal yang kiranya memang perlu untuk dijelaskan, seperti tujuan diadakannya observasi dan wawancara, hal yang melatar belakangi kegiatan tersebut, kegiatan apa saja yang kiranya nanti akan kami lakukan, dan sebagainya. Pada hari pertama ini kami juga menanyakan tentang perlu atau tidaknya keberadaan surat izin dari pihak fakultas psikologi dan hal apa saja yang harus tercantum dalam surat izin tersebut.
2. Pada hari keenam, peneliti melakukan diskusi mengenai pertanyaan-pertanyaan apa saja yang nantinya akan ditanyakan kepada para siswa, guru, dan kepala sekolah. Hal-hal apa yang akan diobservasi berkaitan dengan judul yang peneliti angkat.
3. Pada hari ketujuh, peneliti kembali ke SMPLB A Karya Murni untuk memberikan surat izin. Surat izin tersebut diberikan kepada kepala sekolah di SMPLB tersebut untuk menerangkan bahwa pihak peneliti benar-benar melakukan observasi dan wawancara yang dilatarbelakangi berdasarkan tugas mata kuliah yang ada dari kampus dan bukan merupakan rekayasa dari peneliti. Peneliti juga ingin semakin lebih dekat dengan lingkungan sekolah, termasuk dengan para murid yang nantinya akan diobservasi, agar pada saat kegiatan observasi dan wawancara dilakukan, mereka menjadi sedikit tidak kaku dan lebih mengenal para peneliti.
4. Pada hari kesembilan, peneliti mendatangi sekolah SMPLB A Karya murni tersebut lagi untuk mengadakan kegiatan observasi di dalam ruang kelas VIII, untuk mengobservasi media pembelajaran apa saja yang dipergunakan oleh murid-murid tuna netra dan metode pengajaran yang seperti apa yang dipakai oleh para guru dalam mengajar siswa-siswi mereka. Selain itu, untuk menambah jumlah data yang dimiliki oleh peneliti, peneliti juga mewawancari murid-murid tersebut dan juga kepala sekolah dan wakil kepala sekolah yang juga merangkap sebagai guru untuk mata pelajaran matematika di sekolah tersebut. Peneliti juga mewawancari seorang siswa kelas XI yang kebetulan berada di sekolah tersebut walaupu telah selesai mengikuti ujian nasional.
5. Pada hari kesepuluh, peneliti melakukan diskusi mengenai hasil data observasi dan wawancara yang diperoleh. Dalam diskusi ini peneliti menyimpulkan bahwa hasil data yang telah di dapatkan sudah cukup untuk memberikan gambaran tentang media dan metode pembelajaran yang dipakai.
6. Pada hari kesebelas, peneliti juga melakukan diskusi untuk penyelesaian dari mini proyek ini.
7. Pada hari keduabelas, peneliti melakukan diskusi lagi untuk penyelesaian akhir dari mini proyek tersebut, termasuk proses pembuatan poster.

PELAPORAN-PEMBAHASAN-DAN EVALUASI

Laporan
    Berikut ini akan dicantumkan hasil rangkuman dari sesi wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan murid, dan kepala sekolah.

1. Nama = Joshua
    Umur = 15 tahun
   Bersekolah di SLB Karya Murni sejak SD Kelas 2.
Joshua merupakan siswa kelas VIII yang menderita gangguan tingkat penglihatan yang rendah atau low vision. Menurutnya guru-guru yang mengajar di SLB tersebut pada umumnya adalah guru-guru yang baik dan mau mengerti kedaan mereka. Ia masih dapat melihat walaupun dengan jarak pandang yang pendek. Sehingga dalam belajar, dia masih dapat menulis seperti biasa. Menurutnya guru yang mengajar banyak memakai metode megajar ceramah, diskusi dan tanya jawab. Untuk pelajaran matematika, mereka sering diberikan tugas rumah berupa soal-soal. Ia juga menyukai pelajaran tambahan mengenal lingkungan yang mereka sebut sebagai pelajaran orientasi mobilitas dengan memakai tongkat, lalu diberikan arahan oleh guru untuk mengenal lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah agar siswa dapat berjalan mandiri.

2. Nama = Darwin
    Umur = 17 tahun
    Bersekolah di SLB Karya Murni sejak umur 5 tahun.
Darwin merupakan siswa kelas VIII yang menderita gangguan tuna netra.Pelajaran favoritnya adalah bahasa Indonesia dan kesenian. Ia memiliki hobby bernyanyi,bermain alat musik acordian, dan membaca. Karena menderita gangguan buta total, sehingga Darwin harus menulis dengan memakai alat tulis seperti paku yang mereka sebut pena. Dan memakai reglet yaitu berupa papan untuk membuat huruf braile. Ia juga memakai alat reken plank yang digunakan untuk memperkenalkan titik-titik Braille juga dapat digunakan untuk melatih kepekaan diri dari siswa tunanetra. Buku yang dipakai memiliki huruf braile untuk semua mata pelajaran kecuali matematika. Selain itu kaset (victory reader) / CD pembaca untuk cerita dan beberapa pelajaran yang membutuhkan suara.

3. Nama = Desmon
    Umur = 15 tahun
    Bersekolah di SLB Karya Murni sejak pertengahan 2003.
Ia merupakan murid kelas VIII di SLB tersebut.Desmon juga menderita gangguan penyakit buta total. Ia menyukai pelajaran bahasa Indonesia. Akan tetapi kalau pelajaran matematika, ia tidak terlalu suka karena terkadang kurang mengerti. Dari beberapa pelajaran, ia mengatakan bahwa pada saat pelajaran biologi, mereka lenih banyak melakukan praktek. Ia juga mengatakan bahwa gaya tempat duduk yang dibuat oleh mereka bervariasi. Akan tetapi kebanyakan dengan sistem menghadap ke guru dan saling berhadapan dengan siswa. Untuk pelajaran biologi dan fisika, guru akan mengajarakan materi pelajaran lalu mereka diberi tugas secara kelompok. Tidak menyukai pelajaran biologi.Pada pelajaran matematika terdapat banyak PR. Biologi memberi tugas berupa rangkuman soal. Untuk pelajaran olahraga, siswa belajar diluar. Mereka diberi pemanasan dan setelah itu beberapa permainan olahraga. Namun kebanyakan mereka diberi kebebasan untuk berolahraga apapun. Tetapi untuk permainan sepak bola, bola yang dipakai mengeluarkan bunyi.

3. Nama = Erni
    Umur = 14 tahun
    Bersekolah si SLB Karya Murni sejak kelas 1 SD.
Erni juga merupakan murid kelas VIII di SLB tersebut.Erni merupakan siswa dengan gangguan mata yang hanya berfungsi sebelah. Ia menyukai pelajaran bahasa Inggris. Namun tidak menyukai pelajaran biologi. Ia juga masih dapat menulis dengan cara biasa dan membaca tidak perlu memakai huruf braille karena masih dapat membaca dan menulis . Jika pelajaran geografi memakai globe yang ditunjukkan satu per satu kepada mereka. Dan saat pelajaran geografi mereka mempergunakan peta timbul agar lebih mudah dalam mengenal bentuk daerah dan nama daerahnya. Ia mengatakan bahwa saat pelajaran biologi, guru kerap menyuruh siswa untuk membaca buku mereka dan merangkum pelajaran tersebut.

4. Nama = Ferdian
    Umur = 16 tahun.
    Bersekolah di SLB Karya Murni sejak kelas 1 SMP .
Ia merupakan siswa kelas IX di SLB tersebut. Ia mengatakan bahwa pembelajaran di sekolah tersebut bagus, sarana yang dimiliki juga cukup membantu dalam proses pembelajaran. Fasilitas yang tersedia bagi para siswa juga mencukupi. Untuk ujian mereka memakai soal yang diubah menjadi soal dengan huruf braille oleh percetakan disekolah mereka. Alat pembelajaran yaitu reglet berbentuk persegi panjang dengan lubang-lubang, digunakan dengan cara ditusuk dengan pena. Mereka juga memakai alat hitung yaitu abakus atau sempoa. Papan geometri digunakan untuk membuat bentuk-bentuk seperti kubu, balok,dan sebagainya dengan memakai karet. Setiap tahun mereka juga mempersiapkan diri untuk porcanas (pekan olahraga cacat nasional).

5. Nama = Suster Geralda
    Jabatan = Kepala sekolah SMPLB A Karya Murni
Beliau mengatakan bahwa metode pengajaran yang diajarkan di sekolah tersebut adalah metode pengajaran yang bersifat interaktif. Melibatkan metode dua arah antara guru dan siswa. Media pembelajaran berfokus kepada alat-alat yang berhubungan dengan audio. Mata pelajaran yang diajarkan adalah bahasa Indonesia, bahasa Inggris, sejarah, geografi, ekonomi, biologi, fisika, matematika. Ppkn, agama, olahraga, komputer. Tetapi mereka tidak mempelajari pelajaran kimia. Siswa di sekolah tersebut juga didukung dengan berbagai pelajaran tambahan lainnya berupa kesenian dan olahraga untuk membantu mengembangkan keterampilan siswa. Mereka juga dipersiapkan untuk lomba PORCANAS (Pekan Olahraga Cacat Nasional) dimana akan ada lomba-lomba dalam bidang kesenian, berupa lomba permainan alat musik, bernyanyi,bermain catur. Dan dalam bidang olahraga seperti lomba bola kaki, dan lain sebagainya.

  Untuk media pembelajaran, terdapat perbedaan pada pelajaran tertentu, misalnya :
-        Matematika : reken plank, reglet, stylus atau pena, dan abacus seperti alat hitung yang digunakan anak tuna netra.

-        Geografi    :  peta timbul yang didalamnya terdapat gambar timbul dan huruf braille yang diperbesar ukurannya.

-        Bahasa Inggris dan Indonesia :  kamus elektronik

-        Komputer : braille display  yaitu keyboard komputer khusus yang digunakan anak tuna netra. Dan komputer dengan sistem jaws, dimana komputer tersebut akan mengeluarkan  suara berupa perintah yang telah kita berikan padanya.

-        Olahraga : papan tenis meja yang mejanya dibawah dan bola kaki yang dapat mengeluarkan bunyi.

Dan dari hasil observasi peneliti, peneliti menemukan terdapan beberapa metode yang berbeda yang diberikan oleh guru-guru di SMPLB tersebut, khususnya didalam kelas yang kami observasi. Berikut ini adalah gambaran dari observasi yang telah peneliti lakukan :

1. Guru mata pelajaran geografi.
Beliau menggunakan metode pengajaran dengan metode ceramah dan demonstrasi. Dimana guru menerangkan materi pelajaran dan memberikan contoh yang nyata dari materi tersebut. Beliau mengajar dengan cara duduk di bangku dan meja guru dan sesekali berjalan mengelilingi murid saat memberikan contoh. Suaranya lambat namun memiliki volume suara yang keras, terdapat penekanan kata. Gaya penataan kelas yang dipakai adalah gaya tatap muka.Suasana kelas yang diciptakan menjadi serius dan monoton. Dari segi para murid, mereka terlihat begitu serius, tegang, dan sedikit bosan. Bagi siswa yang menderita buta total, mereka terlihat sedikit kelelahan karena harus terus menulis apa yang dikatakan oleh beliau. Teori Perencanaan dan Instruksi Pelajaran yang dipakai berbentuk teacher centered.

2. Guru mata pelajaran matematika.
Beliau menggunakan metode pengajaran tanya jawab dan diskusi. Beliau hanya memberikan materi pembelajaran berupa materi-materi penting, lalu lebih banyak memberikan contoh soal dan meminta siswa untuk mengerjakannya. Beliau juga sering memberikan pekerjaan rumah kepada para siswa untuk sebagai bahan latihan bagi  siswa. Gaya penataan kelas yang digunakan adalah gaya tatap muka. Dalam pengajarannya beliau juga melebihkan pada intonasi suara dan sentuhan kepada siswa.
Ia juga memberikan bahan peragaan berupa kubus, balok, dan sebagainya yang sudah dibuat dari besi, sehingga siswa dapat merabanya. Gaya belajar tidak monoton. Walaupun siswa tidak dapat melihat tapi mereka tetap terlihat fokus dan rileks saat belajar matematika. Teori Perencanaan dan Instruksi Pelajaran yang dipakai berbentuk teacher centered.

3. Guru mata pelajaran olahraga.
Beliau menggunakan metode pengajaran ceramah dan tanya jawab. Beliau memberikan penjelasan tentang suatu materi dan memberikan pertanyaan kepada beberapa siswa. Gaya penataan kelas yang digunakan adalah gaya tatap muka. Beliau juga banyak membuat penjelasan materi-materi pelajaran kedalam bentuk cerita agar murid dapat lebih tertarik dan mudah mengerti. Siswa terlihat santai dan rileks tetapi juga merespon pelajaran dari beliau. Teori Perencanaan dan Instruksi Pelajaran yang dipakai berbentuk teacher centered.

Pembahasan
Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa :
A. Media pembelajaran yang terdapat pada SMPLB A tersebut sudah cukup mendukung bahkan termasuk dalam kategori baik, bagi proses pembelajaran siswa di sekolah.
B.  Murid-murid di sekolah tersebut juga sudah memiliki media belajar pribadi yang cukup memadai di rumah.
C. Suasana belajar juga sangat mendukung bagi peningkatan pembelajaran siswa. Dengan halaman sekolah yang luas dan kelas yang nyaman.
D. Metode pengajaran yang digunakan cenderung interaktif. Namun tetap terdapat beberapa guru yang cenderung monoton dalam mengajar sehingga menimbulkan efek bosan oleh para siswa. Tetapi hal tersebut dapat membuat siswa menjadi lebih serius dalam mendengarkan guru. Metode mengajar yang dilakukan para guru juga dirasa cukup efektif bagi proses pembelajaran karena lebih cenderung melibatkan komunikasi dua arah antara guru dan murid untuk membantu menarik perhatian siswa. Guru juga lebih cenderung memakai suara yang jelas, kuat, dan perlahan sehinggan siswa tetap dapat mengerti.
E. Gaya penataan kelas cenderung memakai gaya tatap muka, yang membuat siswa dapat saling berhadapan. Namun disatu sisi, gaya penataan kelas tersebut dirasa kurang efektif karena guru tidak secara jelas dapat melihat ekspresi wajah siswa dari tampak depan. Namun disisi lain, gaya penataan kelas tersebut juga dinilai cukup bagus. Karena dengan begitu, guru menjadi lebih leluasa untuk berdiri di tengah-tengah siswa. Dan menjalin komunikasi yang lebih dekat dengan siswa di dalam kelas.
F. Teori Perencanaan dan Instruksi Pelajaran yang dipakai lebih banyak berbentuk teacher centered walaupun ada beberapa guru yang memakai metode learner centered. Namun menurut peneliti, bagi para siswa berkebutuhan siswa terutama tuna netra. Teori perencanaan dan instruksi pelajaran dengan teacher centered memang dirasa lebih baik. Karena di satu sisi, dengan kondisi siswa yang demikian, ia akan cenderung lebih sulit untuk belajar sendiri dan mencari sendiri informasi tentang pelajarannya. Sehingga akan lebih mungkin dilakukan perencanaan dan instruksi pelajaran teacher centered. Dimana materi pelajaran bersumber lebih banyak dari guru dan guru lebih banyak berperan daripada murid. Namun guru tetap harus memperhatikan variasi pengajaran sehingga murid tidak akan cepat merasa bosan dan dapat tetap fokus terhadap pelajaran. Dengan demikian, guru dapat menjadi semakin dekat dengan para murid.

PENUTUP

Evaluasi
      Dari mulai proses perencanaan sampai dengan pelaporan dan evaluasi, peneliti mendapatkan beberapa hambatan. Hambatan yang peneliti rasakan adalah pertama pada saat awal pemilihan topik. Pada tahap tersebut peneliti menghabiskan cukup banyak waktu karena harus menyatukan ide-ide dari tiga pemikiran yang berbeda-beda. Peneliti juga pertama kali tidak memilih topik tentang hal ini. Namun setelah melewati banyak diskusi kelompok, peneliti akhirnya memilih untuk membahas topik ini.
      Hambatan yang kedua dirasakan pada saat memilih hal-hal apa saja yang akan peneliti lakukan dan peneliti bicarakan berkaitan dengan topik tersebut. Karena peneliti juga harus melakukan banyak diskusi dalam menentukan hal-hal tersebut.
      Hambatan yang ketiga dirasakan pada saat peneliti ingin melakukan kegiatan observasi dan wawancara. Peneliti harus mencari jadwal dan hari yang sesuai dengan keadaan peneliti dan objek penelitian. Terlebih lagi peneliti harus mengundurkan waktu kegiatan observasi selama seminggu karena pihak sekolah akan mengadakan Ujian Nasional bagi siswa SMPLB tersebut.

Testimoni
            Atas nama kelompok, kami seluruhnya terkesan dengan adanya tugas mini proyek ini. Tugas mini proyek ini merupakan suatu hal baru yang kami alami. Dengan adanya tugas mini proyek ini, kami semakin mengerti tentang materi pelajaran pada mata kuliah Psikologi Pendidikan terutama materi tentang anak berkebutuhan khusus. Semoga kedepannya bila ada tugas proyek lagi, kami dapat menjadi lebih maksimal didalam mengerjakannya karena kami telah mendapat “pelatihan” dasar mengenai hal ini dengan adanya tugas mini proyek.
            Selain itu, atas nama pribadi, banyak yang kami rasakan saat melaksanakan tugas ini, berikut penjabarannya dari masing-masing anggota kelompok :

 Desi Mariana
Menurut saya, tugas proyek mini ini cukup sulit ya soalnya baru pertama kali saya mendapat tugas seperti ini. Tapi bagus juga sih karena bisa menjadi bekal buat saya dan teman-teman dalam mengerjakan skripsi nanti. Saya juga cukup senang sewaktu mengunjungi SMPLB Karya Murni tersebut karena selain muridnya ramah-ramah, staf dan gurunya juga sangat menerima kedatangan kami dengan tangan terbuka. Saya juga lebih mendapat pelajaran bagaimana metode dan media apa saja yg mereka pakai sewaktu belajar. Suatu pengalaman yang menyenangkan mengerjakan tugas proyek mini ini.

Safrida Liasna br Tarigan
          Saya bersyukur karena pada akhirnya Tugas Mini Proyek ini dapat selesai dengan baik dan lancar. Berbagai perasaan campur aduk pada awalnya ketika diberikan tugas ini. Ada rasa senang dan gugup yang mendominasi mengingat kami memilih materi tentang Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang berarti kami harus melakukan observasi langsung di SLB Karya Murni A (khusus Tunanetra). Hal ini merupakan pengalaman pertama dan unik buat saya. Disana kami menemukan anak-anak Tunanetra yang memiliki motivasi tinggi untuk belajar walaupun dibatasi oleh kekurangan mereka. Mereka sama dengan anak normal lainnya, mereka tetap bermain, mereka juga tetap belajar dengan materi dan mata pelajaran yang sama dengan sekolah biasa hanya mereka menggunakan media khusus seperti buku dengan huruf Braille, komputer dengan software Jaws, papan Block cis (untuk pelajaran Mate-matika) dan lain sebagainya. Walaupun yang disayangkan berdasarkan hasil wawancara kami para guru mengatakan bahwa mereka masih kekurangan buku paket karena memang agak susah untuk memperoleh buku paket dengan cetakan Braille. Saya menemukan banyak manfaat dari penugasan ini, saya menjadi lebih banyak tahu tentang pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dan yang lebih pentingnya lagi saya bisa menjadi lebih peka untuk dapat berinteraksi dan memahami anak-anak berkebutuhan khusus yang seringkali masih tidak dipedulikan oleh kebanyakan orang.

 Nenita Sari S G
Menurut saya, tugas mini proyek ini merupakan tugas yang cukup menarik sekaligus menantang. Karena saya baru pertama kalinya mengerjakan tugas seperti ini. Pada awal pengerjaan tugas mini proyek ini, saya merasa bahwa akan ada beberapa hambatan yang cukup sulit yang akan kami hadapi. Terutama saat kami harus membuat surat izin untuk mengadakan kegiatan observasi dan wawancara. Namun ternyata sejalan dengan berbagai diskusi yanng telah kami lakukan. Pengerjaan tugas ini pun menjadi semakin mudah. Saya juga merasa semakin berani dan percaya diri karena secara otomatis, kami juga harus berhubungan dan menjalin komunikasi yang baik dengan orang-orang yang baru saya kenal melalui proses wawancara. Namun secara keseluruhan, saya merasa tugas mini proyek ini sangat menarik dan menyenangkan.

Mira Tantri Saragih
Mengerjakan tugas mini proyek ini merupakan pengalaman yang baru buat saya.  Dan tidak saya pungkiri bahwa pertama kali diberi tahu tentang adanya tugas mini proyek ini, saya merasakan kecemasan yang luar biasa karena belum pernah terjun langsung ke lapangan demi mencari informasi yang kami butuhkan. Topik yang kami pilih adalah tentang metode dan pengajaran pada anak tunanetra. Kami pun pergi ke SLB-A dimana merupakan sekolah khusus utk anak tunanetra. Dan saya sangat senang atas sambutan hangat dari guru dan murid-murid di SLB tersebut yangg memperbolehkan kami untuk melakukan observasi dan wawancara sampai selesai. Saya pun berterimakasih kepada Bu Dina yang telah memberikan suatu tugas yang sangat menantang namun juga bermanfaat untuk kami. 

 POSTER



 

mts11099 Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos