ANGGOTA : DESI MARIANA(11-043)
“MEDIA
DAN METODE PEMBELAJARAN PADA ANAK TUNA NETRA”
|
|||||||||||||||
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus akhir-akhir
ini sudah mulai mengalami perkembangan. Pemerintah Indonesia termasuk Dinas
Pendidikan juga sudah menaruh perhatian kepada penempatan pendidikan bagi
anak-anak dengan kebutuhan khusus. Hal ini dapat terlihat dari beberapa
sekolah yang sudah disediakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka.
Namun walaupun demikian, media pembelajaran bagi anak dengan kebutuhan khusus
ini masih kurang memadai, demikian juga dengan jumlah sekolah yang ada kerap
kali belum sesuai dengan jumlah anak-anak berkebutuhan khusus.
Seperti halnya di Indonesia, terutama di daerah kota Medan peneliti melihat
bahwa hanya terdapat beberapa sekolah yang memang diperuntukkan untuk
menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus tersebut, terutama anak-anak
dengan kondisi cacat fisik, misalnya tuna netra. Berdasarkan hal tersebut,
peneliti tertarik untuk membahas tentang media dan metode pembelajaran pada
anak tuna netra. Peneliti ingin mengobservasi berbagai media pembelajaran
yang kerap digunakan oleh anak-anak tuna netra di dalam kegiatan belajar
mereka. Selain itu apakah media pembelajaran tersebut sudah cukup memenuhi
dalam kebutuhan belajar mereka.
Peneliti juga tertarik untuk membahas tentang berbagai metode pembelajaran
yang digunakan dalam proses belajar mengajar bagi anak-anak dengan kebutuhan
khusus terutama anak tuna netra. Serta sudah seberapa efektif kah metode
pengajaran yang diberikan kepada anak-anak tuna netra di dalam persekolahan
mereka.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengobservasi berbagai media pembelajaran yang digunakan bagi pendidikan
anak-anak tuna netra. Dan mengetahui metode pembelajaran yang juga digunakan
dalam proses belajar mengajar bagi anak-anak tuna netra guna memperoleh
metode pembelajaran yang paling efektif bagi anak-anak tuna netra.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
-
Mengetahui berbagai
media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan anak-anak tuna netra.
-
Mengetahui berbagai
metode pembelajaran yang ada.
-
Mengetahui metode pembelajaran
yang efektif bagi anak-anak tuna netra.
-
Mengetahui
pentingnya metode pengajaran teacher centered dan learner centered.
LANDASAN TEORI
Dalam hal ini,
peneliti menggunakan beberapa teori yang bisa digunakan untuk
menjelaskan fenomena yang terjadi, seperti :
1.
Teori tentang Metode
Mengajar
Ada beberapa metode mengajar yang digunakan para guru, garis
besarnya yaitu :
ü Metode Ceramah
Metode mengajar yang dilakukan guru dengan cara satu arah,
dimana guru sepenuhnya memberikan materi pelajaran dan murid mendengarkan.
Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan urainnya, guru dapat menggunakan
alat-alat bantu, seperti gambar- gambar dan yang paling utama adalah bahasa
lisan.
ü Metode Diskusi
Metode mengajar dimana guru akan membentuk murid menjadi beberapa
kelompok. Dan kelompok-kelompok murid ini nanti akan mendiskusikan tentang
materi pelajaran yang sedang dibahas.
ü Metode Tanya-Jawab
Metode tanya jawab ialah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru ke siswa dan begitu juga
sebaliknya.
ü Metode Demonstrasi
Metode Demostrasi atau praktik adalah metode mengajar yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Metode ini digunakan
untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan
dengan proses yang bersifat praktis.
ü Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar
mengajar di mana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya,
kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada guru.
2.
Teori Perencanaan
dan Instruksi Pelajaran
Terdapat dua jenis teori perencanaan dan pelajaran, yaitu:
·
Teacher-Centered
Di dalam pendekatan teori ini, perencanaan dan instruksi
pembelajaran disusun dengan ketat dan guru mengarahkan pembelajaran murid.
Pada tipe perencanaan pelajaran ini, guru jauh lebih banyak berperan daripada
murid.Tiga alat umum yang berguna dalam perencanaan ini, yaitu menciptakan
sasaran behavioral (perilaku), menganalisis tugas, dan menyusun taksonomi
(klasifikasi) instruksional.
·
Learner-Centered
Instruksi dan perencanaannya terletak pada siswa, bukan
guru.Prinsip ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan
reflektif. Jadi di dalam pendekatan ini, murid yang lebih banyak aktif
daripada guru. Murid berusaha mencari sendiri bahan tambahan materi
pelajaran. Dan guru akan membimbing murid dalam proses belajar. Dalam learner
centered, ada tiga strategi pembelajaran yang digunkan oleh guru, yaitu :
Pembelajaran berbasis pada problem, Pertanyaan esensial, dan Pembelajaran
penemuan.
3.
Teori tentang Gaya
Penataan Kelas
Terdapat beberapa gaya penataan kelas yang digunakan dalam
proses belajar-mengajar, diantaranya :
Gaya Auditorium
→ Dimana semua murid duduk mengahadap guru.
Gaya Tatap Muka
→ Dimana murid saling duduk secara berhadapan.
Gaya Off-set
→ Dimana sejumlah murid (bisanya tiga atau empat anak) duduk
di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.
Gaya Seminar
→ Dimana sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk di susunan
berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U.
Gaya Klaster
→ Dimana sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak)
bekerja dalam kelompok kecil.
4.
Teori tentang Model
Media Pembelajaran
-
Media dua dimensi
Media dua dimensi meliputi media grafis, media bentuk papan,
dan media cetak.
-
Media tiga dimensi
Media tiga dimensi dapat berwujud sebagai benda asli baik
hidup atau mati dan dapat pula berwujud sebagian tiruan yang mewakili aslinya
(miniatur).
PERENCANAAN
Alat dan Bahan yang
Digunakan untuk Merealisasikan Proyek
Alat yang peneliti gunakan saat
melakukan wawancara dan observasi dengan para Objek, yaitu:
a. Kamera, yang dipakai untuk
pengambilan foto dan merekam sesi wawancara.
b. Hand Phone, yang dipakai untuk pengambilan beberapa foto lainnya.
c. Notes dan Alat tulis, yang dipakai sebagai pencatat hasil wawancara
Alat yang peneliti gunakan saat menyelesaikan proyek, yaitu :
a. Laptop
b. Buku Pedoman
c. Catatan
d. Alat tulis
e. Rekaman sesi wawancara dan
observasi.
f. Data-data objek
Analisis Data
Data yang akan
peneliti dapatkan adalah berupa data yang didapat dari proses observasi yang
dilakukan oleh peneliti di dalam ruangan kelas selama proses belajar-mengajar
berlangsung. Data observasi(berupa foto-foto dan rekaman video) ini juga
nantinya akan dapat menjelaskan bagaimana keadaan dan kondisi yang terjadi di
dalam proses belajar-mengajar. Dan juga data yang didapatkan melalui proses
wawancara singkat dengan para objek , yang nantinya akan berupa sejenis
percakapan antara peneliti dan para objek, selanjutnya akan diringkas dan
dirangkum kedalam suatu bentuk penjelasan yang dapat mencakup jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang ada.
Pertanyaan-pertanyaan
yang dilontarkan peneliti, berhubungan dengan metode pengajaran yang
dilakukan guru dan media-media pembelajaran apa saja yang digunakan oleh guru
untuk menyampaikan materi pelajaran kepada murid-murid. Selain itu, observasi
yang dilakukan oleh peneliti juga berhubungan untuk mengetahui media
pembelajaran dan metode pembelajaran apa yang dipergunakan oleh guru dan para
murid.
Selanjutnya
data-data yang telah terkumpul, berupa hasil observasi di dalam ruang kelas
dan beberapa wawancara yang dilakukan dengan pihak guru dan kepala sekolah,
akan peneliti hubungkan dengan teori-teori yang telah dijabarkan di atas,
sehingga nantinya peneliti akan dapat menemukan media dan metode pembelajaran
apa saja yang telah dipergunakan untuk proses pembelajaran bagi anak-anak
Tuna Netra. Dan seberapa efektif media dan metode yang dipergunakan tersebut
dalam membantu pembelajaran anak-anak tuna netra.
Penjelasan Objek yang
Dilibatkan Dalam Proyek
Objek yang dilibatkan dalam proyek ini
adalah siswa-siswi yang berada di kelas VIII atau 2 SMP dari SMPLB A
Karya Murni Medan. Setelah itu, seorang siswa kelas III di SMPLB A Karya
Murni tersebut. Dan kepala sekolah serta para guru di SMPLB A tersebut. Data
diperoleh dengan cara peneliti mengobservasi proses belajar-mengajar yang
berlangsung di dalam kelas.
Mewawancarai kepala sekolah dan beberapa guru yang mengajar di SMPLB A Karya
Murni tersebut, terutama guru yang mengajar di kelas VIII. Kepala sekolah dan
para guru tersebut nantinya akan menjawab pertanyaan wawancara sesuai dengan
hal-hal yang sudah biasa dan sering mereka lakukan di dalam kegiatan
belajar-mengajar.
PELAKSANAAN
Jadwal Perencanaan dan
Pelaksanaan Kegiatan
Kalkulasi Biaya
Reward berupa kue untuk
siswa =
Rp15.000,00
Reward berupa kue untuk
= Rp21.000,00
Transportasi hari 1 =
Rp24.000,00
Transportasi hari
2
= Rp18.000,00
Transportasi hari 3
= Rp18.000,00 +
Total
Biaya =
Rp96.000,00
Kegiatan Pelaksanaan
Berikut merupakan uraian pelaksanaan yang
peneliti lakukan dari awal mula penelitian ini dilakukan hingga tahap
penyelesaiannya :
1. Pada hari kelima, peneliti melakukan
survey ke tempat penelitian yaitu SMPLB A Karya Murni Medan. Dan melakukan
konfirmasi tentang kegiatan observasi dan wawancara yang akan peneliti
lakukan di sekolah tersebut dengan kepala sekolah dari sekolah tersebut.
Peneliti juga melihat keadaan dan meninjau secara garis besar
fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah tersebut. Peneliti sekaligus
menjelaskan berbagai hal yang kiranya memang perlu untuk dijelaskan, seperti
tujuan diadakannya observasi dan wawancara, hal yang melatar belakangi
kegiatan tersebut, kegiatan apa saja yang kiranya nanti akan kami lakukan,
dan sebagainya. Pada hari pertama ini kami juga menanyakan tentang perlu atau
tidaknya keberadaan surat izin dari pihak fakultas psikologi dan hal apa saja
yang harus tercantum dalam surat izin tersebut.
2. Pada hari keenam, peneliti melakukan
diskusi mengenai pertanyaan-pertanyaan apa saja yang nantinya akan ditanyakan
kepada para siswa, guru, dan kepala sekolah. Hal-hal apa yang akan
diobservasi berkaitan dengan judul yang peneliti angkat.
3. Pada hari ketujuh, peneliti kembali
ke SMPLB A Karya Murni untuk memberikan surat izin. Surat izin tersebut
diberikan kepada kepala sekolah di SMPLB tersebut untuk menerangkan bahwa
pihak peneliti benar-benar melakukan observasi dan wawancara yang dilatarbelakangi
berdasarkan tugas mata kuliah yang ada dari kampus dan bukan merupakan
rekayasa dari peneliti. Peneliti juga ingin semakin lebih dekat dengan
lingkungan sekolah, termasuk dengan para murid yang nantinya akan
diobservasi, agar pada saat kegiatan observasi dan wawancara dilakukan,
mereka menjadi sedikit tidak kaku dan lebih mengenal para peneliti.
4. Pada hari kesembilan, peneliti
mendatangi sekolah SMPLB A Karya murni tersebut lagi untuk mengadakan
kegiatan observasi di dalam ruang kelas VIII, untuk mengobservasi media
pembelajaran apa saja yang dipergunakan oleh murid-murid tuna netra dan
metode pengajaran yang seperti apa yang dipakai oleh para guru dalam mengajar
siswa-siswi mereka. Selain itu, untuk menambah jumlah data yang dimiliki oleh
peneliti, peneliti juga mewawancari murid-murid tersebut dan juga kepala
sekolah dan wakil kepala sekolah yang juga merangkap sebagai guru untuk mata
pelajaran matematika di sekolah tersebut. Peneliti juga mewawancari seorang
siswa kelas XI yang kebetulan berada di sekolah tersebut walaupu telah
selesai mengikuti ujian nasional.
5. Pada hari kesepuluh, peneliti melakukan
diskusi mengenai hasil data observasi dan wawancara yang diperoleh. Dalam
diskusi ini peneliti menyimpulkan bahwa hasil data yang telah di dapatkan
sudah cukup untuk memberikan gambaran tentang media dan metode pembelajaran
yang dipakai.
6. Pada hari kesebelas, peneliti juga
melakukan diskusi untuk penyelesaian dari mini proyek ini.
7. Pada hari keduabelas, peneliti melakukan
diskusi lagi untuk penyelesaian akhir dari mini proyek tersebut, termasuk
proses pembuatan poster.
PELAPORAN-PEMBAHASAN-DAN EVALUASI
Laporan
Berikut ini akan dicantumkan hasil rangkuman
dari sesi wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan murid, dan kepala
sekolah.
1. Nama = Joshua
Umur = 15 tahun
Bersekolah di SLB Karya Murni
sejak SD Kelas 2.
Joshua merupakan siswa
kelas VIII yang menderita gangguan tingkat penglihatan yang rendah atau low
vision. Menurutnya guru-guru yang mengajar di SLB tersebut pada umumnya
adalah guru-guru yang baik dan mau mengerti kedaan mereka. Ia masih dapat
melihat walaupun dengan jarak pandang yang pendek. Sehingga dalam belajar,
dia masih dapat menulis seperti biasa. Menurutnya guru yang mengajar banyak
memakai metode megajar ceramah, diskusi dan tanya jawab. Untuk pelajaran
matematika, mereka sering diberikan tugas rumah berupa soal-soal. Ia juga
menyukai pelajaran tambahan mengenal lingkungan yang mereka sebut sebagai
pelajaran orientasi mobilitas dengan memakai tongkat, lalu diberikan
arahan oleh guru untuk mengenal lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar
sekolah agar siswa dapat berjalan mandiri.
2. Nama = Darwin
Umur = 17 tahun
Bersekolah di SLB Karya
Murni sejak umur 5 tahun.
Darwin merupakan siswa
kelas VIII yang menderita gangguan tuna netra.Pelajaran favoritnya adalah
bahasa Indonesia dan kesenian. Ia memiliki hobby bernyanyi,bermain alat musik
acordian, dan membaca. Karena menderita gangguan buta total, sehingga Darwin
harus menulis dengan memakai alat tulis seperti paku yang mereka sebut pena.
Dan memakai reglet yaitu berupa papan untuk membuat huruf braile. Ia juga
memakai alat reken plank yang digunakan untuk memperkenalkan titik-titik
Braille juga dapat digunakan untuk melatih kepekaan diri dari siswa tunanetra.
Buku yang dipakai memiliki huruf braile untuk semua mata pelajaran kecuali
matematika. Selain itu kaset (victory reader) / CD pembaca untuk cerita dan
beberapa pelajaran yang membutuhkan suara.
3. Nama = Desmon
Umur = 15 tahun
Bersekolah di SLB Karya
Murni sejak pertengahan 2003.
Ia merupakan murid kelas
VIII di SLB tersebut.Desmon juga menderita gangguan penyakit buta total. Ia
menyukai pelajaran bahasa Indonesia. Akan tetapi kalau pelajaran matematika,
ia tidak terlalu suka karena terkadang kurang mengerti. Dari beberapa
pelajaran, ia mengatakan bahwa pada saat pelajaran biologi, mereka lenih
banyak melakukan praktek. Ia juga mengatakan bahwa gaya tempat duduk yang
dibuat oleh mereka bervariasi. Akan tetapi kebanyakan dengan sistem menghadap
ke guru dan saling berhadapan dengan siswa. Untuk pelajaran biologi dan
fisika, guru akan mengajarakan materi pelajaran lalu mereka diberi tugas
secara kelompok. Tidak menyukai pelajaran biologi.Pada pelajaran matematika
terdapat banyak PR. Biologi memberi tugas berupa rangkuman soal. Untuk
pelajaran olahraga, siswa belajar diluar. Mereka diberi pemanasan dan setelah
itu beberapa permainan olahraga. Namun kebanyakan mereka diberi kebebasan
untuk berolahraga apapun. Tetapi untuk permainan sepak bola, bola yang dipakai
mengeluarkan bunyi.
3. Nama = Erni
Umur = 14 tahun
Bersekolah si SLB Karya
Murni sejak kelas 1 SD.
Erni juga merupakan murid
kelas VIII di SLB tersebut.Erni merupakan siswa dengan gangguan mata yang
hanya berfungsi sebelah. Ia menyukai pelajaran bahasa Inggris. Namun tidak
menyukai pelajaran biologi. Ia juga masih dapat menulis dengan cara biasa dan
membaca tidak perlu memakai huruf braille karena masih dapat membaca dan
menulis . Jika pelajaran geografi memakai globe yang ditunjukkan satu per
satu kepada mereka. Dan saat pelajaran geografi mereka mempergunakan peta
timbul agar lebih mudah dalam mengenal bentuk daerah dan nama daerahnya. Ia
mengatakan bahwa saat pelajaran biologi, guru kerap menyuruh siswa untuk
membaca buku mereka dan merangkum pelajaran tersebut.
4. Nama = Ferdian
Umur = 16 tahun.
Bersekolah di SLB Karya
Murni sejak kelas 1 SMP .
Ia merupakan siswa kelas
IX di SLB tersebut. Ia mengatakan bahwa pembelajaran di sekolah tersebut
bagus, sarana yang dimiliki juga cukup membantu dalam proses pembelajaran.
Fasilitas yang tersedia bagi para siswa juga mencukupi. Untuk ujian mereka
memakai soal yang diubah menjadi soal dengan huruf braille oleh percetakan
disekolah mereka. Alat pembelajaran yaitu reglet berbentuk persegi panjang
dengan lubang-lubang, digunakan dengan cara ditusuk dengan pena. Mereka juga
memakai alat hitung yaitu abakus atau sempoa. Papan geometri digunakan untuk
membuat bentuk-bentuk seperti kubu, balok,dan sebagainya dengan memakai
karet. Setiap tahun mereka juga mempersiapkan diri untuk porcanas (pekan
olahraga cacat nasional).
5. Nama = Suster Geralda
Jabatan = Kepala sekolah
SMPLB A Karya Murni
Beliau mengatakan bahwa
metode pengajaran yang diajarkan di sekolah tersebut adalah metode pengajaran
yang bersifat interaktif. Melibatkan metode dua arah antara guru dan siswa.
Media pembelajaran berfokus kepada alat-alat yang berhubungan dengan audio.
Mata pelajaran yang diajarkan adalah bahasa Indonesia, bahasa Inggris,
sejarah, geografi, ekonomi, biologi, fisika, matematika. Ppkn, agama,
olahraga, komputer. Tetapi mereka tidak mempelajari pelajaran kimia. Siswa di
sekolah tersebut juga didukung dengan berbagai pelajaran tambahan lainnya
berupa kesenian dan olahraga untuk membantu mengembangkan keterampilan siswa.
Mereka juga dipersiapkan untuk lomba PORCANAS (Pekan Olahraga Cacat Nasional)
dimana akan ada lomba-lomba dalam bidang kesenian, berupa lomba permainan
alat musik, bernyanyi,bermain catur. Dan dalam bidang olahraga seperti lomba
bola kaki, dan lain sebagainya.
Untuk media pembelajaran, terdapat perbedaan
pada pelajaran tertentu, misalnya :
-
Matematika
: reken plank, reglet, stylus atau pena, dan abacus seperti alat hitung yang
digunakan anak tuna netra.
-
Geografi
: peta timbul yang didalamnya terdapat gambar timbul dan huruf
braille yang diperbesar ukurannya.
-
Bahasa
Inggris dan Indonesia : kamus elektronik
-
Komputer
: braille display yaitu keyboard komputer khusus yang digunakan anak
tuna netra. Dan komputer dengan sistem jaws, dimana komputer tersebut akan
mengeluarkan suara berupa perintah yang telah kita berikan padanya.
-
Olahraga
: papan tenis meja yang mejanya dibawah dan bola kaki yang dapat mengeluarkan
bunyi.
Dan dari hasil observasi peneliti, peneliti
menemukan terdapan beberapa metode yang berbeda yang diberikan oleh guru-guru
di SMPLB tersebut, khususnya didalam kelas yang kami observasi. Berikut ini
adalah gambaran dari observasi yang telah peneliti lakukan :
1. Guru mata pelajaran geografi.
Beliau menggunakan metode pengajaran dengan
metode ceramah dan demonstrasi. Dimana guru menerangkan materi pelajaran dan
memberikan contoh yang nyata dari materi tersebut. Beliau mengajar dengan
cara duduk di bangku dan meja guru dan sesekali berjalan mengelilingi murid
saat memberikan contoh. Suaranya lambat namun memiliki volume suara yang
keras, terdapat penekanan kata. Gaya penataan kelas yang dipakai adalah gaya tatap
muka.Suasana kelas yang diciptakan menjadi serius dan monoton. Dari segi para
murid, mereka terlihat begitu serius, tegang, dan sedikit bosan. Bagi siswa
yang menderita buta total, mereka terlihat sedikit kelelahan karena harus
terus menulis apa yang dikatakan oleh beliau. Teori Perencanaan dan Instruksi
Pelajaran yang dipakai berbentuk teacher centered.
2. Guru mata pelajaran matematika.
Beliau menggunakan metode pengajaran tanya
jawab dan diskusi. Beliau hanya memberikan materi pembelajaran berupa materi-materi
penting, lalu lebih banyak memberikan contoh soal dan meminta siswa untuk
mengerjakannya. Beliau juga sering memberikan pekerjaan rumah kepada para
siswa untuk sebagai bahan latihan bagi siswa. Gaya penataan kelas yang
digunakan adalah gaya tatap muka. Dalam pengajarannya beliau juga melebihkan
pada intonasi suara dan sentuhan kepada siswa.
Ia juga memberikan bahan peragaan berupa
kubus, balok, dan sebagainya yang sudah dibuat dari besi, sehingga siswa
dapat merabanya. Gaya belajar tidak monoton. Walaupun siswa tidak dapat
melihat tapi mereka tetap terlihat fokus dan rileks saat belajar matematika.
Teori Perencanaan dan Instruksi Pelajaran yang dipakai berbentuk teacher
centered.
3. Guru mata pelajaran olahraga.
Beliau menggunakan metode pengajaran ceramah
dan tanya jawab. Beliau memberikan penjelasan tentang suatu materi dan
memberikan pertanyaan kepada beberapa siswa. Gaya penataan kelas yang
digunakan adalah gaya tatap muka. Beliau juga banyak membuat penjelasan
materi-materi pelajaran kedalam bentuk cerita agar murid dapat lebih tertarik
dan mudah mengerti. Siswa terlihat santai dan rileks tetapi juga merespon
pelajaran dari beliau. Teori Perencanaan dan Instruksi Pelajaran yang dipakai
berbentuk teacher centered.
Pembahasan
Berdasarkan hasil dari observasi dan
wawancara diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa :
A. Media pembelajaran yang terdapat pada
SMPLB A tersebut sudah cukup mendukung bahkan termasuk dalam kategori baik,
bagi proses pembelajaran siswa di sekolah.
B. Murid-murid di sekolah tersebut
juga sudah memiliki media belajar pribadi yang cukup memadai di rumah.
C. Suasana belajar juga sangat mendukung
bagi peningkatan pembelajaran siswa. Dengan halaman sekolah yang luas dan
kelas yang nyaman.
D. Metode pengajaran yang digunakan cenderung
interaktif. Namun tetap terdapat beberapa guru yang cenderung monoton dalam
mengajar sehingga menimbulkan efek bosan oleh para siswa. Tetapi hal tersebut
dapat membuat siswa menjadi lebih serius dalam mendengarkan guru. Metode
mengajar yang dilakukan para guru juga dirasa cukup efektif bagi proses
pembelajaran karena lebih cenderung melibatkan komunikasi dua arah antara
guru dan murid untuk membantu menarik perhatian siswa. Guru juga lebih
cenderung memakai suara yang jelas, kuat, dan perlahan sehinggan siswa tetap
dapat mengerti.
E. Gaya penataan kelas cenderung memakai
gaya tatap muka, yang membuat siswa dapat saling berhadapan. Namun disatu
sisi, gaya penataan kelas tersebut dirasa kurang efektif karena guru tidak
secara jelas dapat melihat ekspresi wajah siswa dari tampak depan. Namun
disisi lain, gaya penataan kelas tersebut juga dinilai cukup bagus. Karena
dengan begitu, guru menjadi lebih leluasa untuk berdiri di tengah-tengah
siswa. Dan menjalin komunikasi yang lebih dekat dengan siswa di dalam kelas.
F. Teori Perencanaan dan Instruksi Pelajaran
yang dipakai lebih banyak berbentuk teacher centered walaupun ada beberapa
guru yang memakai metode learner centered. Namun menurut peneliti, bagi para
siswa berkebutuhan siswa terutama tuna netra. Teori perencanaan dan instruksi
pelajaran dengan teacher centered memang dirasa lebih baik. Karena di satu
sisi, dengan kondisi siswa yang demikian, ia akan cenderung lebih sulit untuk
belajar sendiri dan mencari sendiri informasi tentang pelajarannya. Sehingga akan
lebih mungkin dilakukan perencanaan dan instruksi pelajaran teacher centered.
Dimana materi pelajaran bersumber lebih banyak dari guru dan guru lebih
banyak berperan daripada murid. Namun guru tetap harus memperhatikan variasi
pengajaran sehingga murid tidak akan cepat merasa bosan dan dapat tetap fokus
terhadap pelajaran. Dengan demikian, guru dapat menjadi semakin dekat dengan
para murid.
PENUTUP
Evaluasi
Dari mulai proses perencanaan sampai dengan
pelaporan dan evaluasi, peneliti mendapatkan beberapa hambatan. Hambatan yang
peneliti rasakan adalah pertama pada saat awal pemilihan topik. Pada tahap
tersebut peneliti menghabiskan cukup banyak waktu karena harus menyatukan
ide-ide dari tiga pemikiran yang berbeda-beda. Peneliti juga pertama kali
tidak memilih topik tentang hal ini. Namun setelah melewati banyak diskusi
kelompok, peneliti akhirnya memilih untuk membahas topik ini.
Hambatan yang
kedua dirasakan pada saat memilih hal-hal apa saja yang akan peneliti lakukan
dan peneliti bicarakan berkaitan dengan topik tersebut. Karena peneliti juga
harus melakukan banyak diskusi dalam menentukan hal-hal tersebut.
Hambatan yang
ketiga dirasakan pada saat peneliti ingin melakukan kegiatan observasi dan
wawancara. Peneliti harus mencari jadwal dan hari yang sesuai dengan keadaan
peneliti dan objek penelitian. Terlebih lagi peneliti harus mengundurkan
waktu kegiatan observasi selama seminggu karena pihak sekolah akan mengadakan
Ujian Nasional bagi siswa SMPLB tersebut.
Testimoni
Atas nama kelompok, kami seluruhnya terkesan
dengan adanya tugas mini proyek ini. Tugas mini proyek ini merupakan suatu
hal baru yang kami alami. Dengan adanya tugas mini proyek ini, kami semakin
mengerti tentang materi pelajaran pada mata kuliah Psikologi Pendidikan
terutama materi tentang anak berkebutuhan khusus. Semoga kedepannya bila ada
tugas proyek lagi, kami dapat menjadi lebih maksimal didalam mengerjakannya
karena kami telah mendapat “pelatihan” dasar mengenai hal ini dengan adanya
tugas mini proyek.
Selain itu, atas nama pribadi, banyak yang kami rasakan saat melaksanakan
tugas ini, berikut penjabarannya dari masing-masing anggota kelompok :
Desi Mariana
Menurut saya, tugas proyek mini ini cukup
sulit ya soalnya baru pertama kali saya mendapat tugas seperti ini. Tapi
bagus juga sih karena bisa menjadi bekal buat saya dan teman-teman dalam
mengerjakan skripsi nanti. Saya juga cukup senang sewaktu mengunjungi SMPLB
Karya Murni tersebut karena selain muridnya ramah-ramah, staf dan gurunya juga
sangat menerima kedatangan kami dengan tangan terbuka. Saya juga lebih
mendapat pelajaran bagaimana metode dan media apa saja yg mereka pakai
sewaktu belajar. Suatu pengalaman yang menyenangkan mengerjakan tugas proyek
mini ini.
Safrida Liasna br
Tarigan
Saya bersyukur karena pada akhirnya Tugas
Mini Proyek ini dapat selesai dengan baik dan lancar. Berbagai perasaan
campur aduk pada awalnya ketika diberikan tugas ini. Ada rasa senang dan
gugup yang mendominasi mengingat kami memilih materi tentang Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus yang berarti kami harus melakukan observasi langsung di
SLB Karya Murni A (khusus Tunanetra). Hal ini merupakan pengalaman pertama
dan unik buat saya. Disana kami menemukan anak-anak Tunanetra yang memiliki
motivasi tinggi untuk belajar walaupun dibatasi oleh kekurangan mereka.
Mereka sama dengan anak normal lainnya, mereka tetap bermain, mereka juga
tetap belajar dengan materi dan mata pelajaran yang sama dengan sekolah biasa
hanya mereka menggunakan media khusus seperti buku dengan huruf Braille,
komputer dengan software Jaws, papan Block cis (untuk pelajaran Mate-matika)
dan lain sebagainya. Walaupun yang disayangkan berdasarkan hasil wawancara
kami para guru mengatakan bahwa mereka masih kekurangan buku paket karena
memang agak susah untuk memperoleh buku paket dengan cetakan Braille. Saya
menemukan banyak manfaat dari penugasan ini, saya menjadi lebih banyak tahu
tentang pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dan yang lebih pentingnya
lagi saya bisa menjadi lebih peka untuk dapat berinteraksi dan memahami
anak-anak berkebutuhan khusus yang seringkali masih tidak dipedulikan oleh
kebanyakan orang.
Nenita Sari S G
Menurut saya, tugas mini proyek ini
merupakan tugas yang cukup menarik sekaligus menantang. Karena saya baru
pertama kalinya mengerjakan tugas seperti ini. Pada awal pengerjaan tugas
mini proyek ini, saya merasa bahwa akan ada beberapa hambatan yang cukup
sulit yang akan kami hadapi. Terutama saat kami harus membuat surat izin
untuk mengadakan kegiatan observasi dan wawancara. Namun ternyata sejalan
dengan berbagai diskusi yanng telah kami lakukan. Pengerjaan tugas ini pun
menjadi semakin mudah. Saya juga merasa semakin berani dan percaya diri
karena secara otomatis, kami juga harus berhubungan dan menjalin komunikasi
yang baik dengan orang-orang yang baru saya kenal melalui proses wawancara.
Namun secara keseluruhan, saya merasa tugas mini proyek ini sangat menarik
dan menyenangkan.
Mira Tantri Saragih
Mengerjakan tugas mini proyek ini merupakan
pengalaman yang baru buat saya. Dan tidak saya pungkiri bahwa pertama
kali diberi tahu tentang adanya tugas mini proyek ini, saya merasakan
kecemasan yang luar biasa karena belum pernah terjun langsung ke lapangan
demi mencari informasi yang kami butuhkan. Topik yang kami pilih adalah
tentang metode dan pengajaran pada anak tunanetra. Kami pun pergi ke SLB-A
dimana merupakan sekolah khusus utk anak tunanetra. Dan saya sangat senang
atas sambutan hangat dari guru dan murid-murid di SLB tersebut yangg
memperbolehkan kami untuk melakukan observasi dan wawancara sampai selesai.
Saya pun berterimakasih kepada Bu Dina yang telah memberikan suatu tugas yang
sangat menantang namun juga bermanfaat untuk kami.
POSTER
|